Pelajari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Pelajari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) – Di kalangan masyarakat umum apalagi investor sudah banyak yang akrab dengan istilah Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG.

Namun, tak banyak yang mengetahui apa fungsi IHSG, bagaimana menghitung nilai IHSG, dan apa saja faktor yang menyebabkan perubahan nilai IHSG. Artikel ini akan mengajak Anda untuk mengenal IHSG lebih dalam lagi.

Pelajari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Kita perlu faham terkait maksud dari IHSG atau indeks harga saham gabungan. Agar mengerti dan tahu cara membaca terkait dunia saham tersebut..

Indeks Harga Saham

Indeks harga saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham, bisa seluruh saham atau sekelompok saham. Umumnya di bursa saham dunia mengenal lebih dari satu indeks.

Contohnya di AS, ada S&P500, Dow Jones, Nasdaq. Sedangkan di BEI, ada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau Jakarta Composite Index (JCI), Indeks LQ45, Jakarta Islamic Index (JII), Indeks Sektoral.

Selain indeks utama tersebut, indeks lainnya adalah Kompas-100 dan Bisnis-27. Secara total ada 37 jenis indeks saham di BEI

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

IHSG adalah indeks yang mengukur rata-rata dari seluruh saham di Bursa Efek Indonesia. IHSG pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983. Tapi, hari dasar perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai 100.

Kalau IHSG merepresentasikan rata-rata dari seluruh saham di BEI, LQ45 hanya menghitung indeks untuk 45 saham unggulan yang cukup aktif. Jakarta Islamic Index (JII) memuat 30 saham pilihan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI.

Indeks sektoral sesuai namanya memuat saham yang memiliki kesamaan bidang bisnis. Sedangkan Kompas-100 adalah indeks dari 100 saham yang diterbitkan para analis harian Kompas. Sedangkan Bisnis-27 adalah indeks yang dirilis harian Bisnis Indonesia.

Fungsi IHSG

Indeks harga saham mempunyai tiga manfaat utama. Yaitu: sebagai penanda arah pasar, pengukur tingkat keuntungan, dan tolok ukur kinerja portofolio.

1. IHSG Sebagai Penanda Arah Pasar

Boleh dibilang, Indeks merupakan nilai representatif atas rata-rata dari sekelompok saham. Karena menggunakan harga hampir semua saham di BEJ dalam perhitungannya, IHSG menjadi indikator kinerja bursa saham paling utama.

Gampangnya, jika ingin melihat kondisi bursa saham saat ini, kita tinggal melihat pergerakan angka IHSG. Jika IHSG cenderung meningkat seperti yang terjadi akhir-akhir ini, artinya harga-harga saham di BEI sedang meningkat.

Sebaliknya, jika IHSG cenderung turun, artinya harga-harga saham di BEI sedang merosot. Sekedar catatan, persentase kenaikan atau penurunan IHSG akan berbeda dibanding dengan kenaikan atau penurunan harga masing-masing saham.

Kadang ada kalanya peningkatan atau penurunan harga saham melebihi atau bahkan berlawanan dengan pergerakan angka IHSG.

2. IHSG Sebagai Pengukur Tingkat Keuntungan

Misalnya kita dapat menghitung secara rata-rata berapa keuntungan berinvestasi di pasar saham. Sekarang di tahun 2013, IHSG bernilai 4400. Lima tahun lalu IHSG bernilai 1400.

Kita dapat menghitung secara sederhana berinvestasi selama 5 tahun dari tahun 2008-2013 menghasilkan keuntungan (4400-1400)/1400*100% = 214%. Secara rata-rata per tahun keuntungan berinvestasi di pasar saham adalah 214%. Berarti per tahun 42,8%. Angka tersebut belum termasuk keuntungan dari dividen.

Tahun IHSG
2008 1400
2013 4400
Keuntungan 214%

 

3. IHSG Sebagai Tolok Ukur Kinerja Portofolio

Bila Anda memiliki reksadana atau portofolio saham, Anda bisa membandingkan kinerjanya dengan IHSG. Misalnya dalam 5 tahun terakhir IHSG naik sebanyak 214%. Kalau reksadana atau portofolio Anda kinerjanya di bawah angka tersebut, sebaiknya Anda perlu berganti strategi.

Demikianlah artikel dari team PortalJawa yang mengupas tentang Pelajari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *